Salam perjuangan

Salam perjuangan

HATI

Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah SAW pernah bersabda sebagai berikut: “Menjadi bersihlah kamu, karena sesungguhnya Islam itu bersih.” (HR. Ibnu Hiban)

UJIAN-MU

Brngsiapa diuji lalu bersabar, dberi lalu bersyukur, dzalimi lalu memaafkan dn mnzalimi lalu bristighfar maka bg mreka kselamatan dn mreka trgolong org2 yg memperoleh hidayah. (HR. Al-Baihaqi)

JALAN-MU

Bukti cinta yang kukuh kepada Allah dan Rasul-Nya ialah berjihad, Maka berjihadlah dengan harta dan nyawamu

MILIK-MU

Ya Allah KAU hampirikanlah diriku ini kepada-Mu,Ya Allah sesungguhnya hidup matiku hanya untuk-Mu, Inginku capai cinta dan redha-Mu Ya Allah(^___^).

SYURGA-MU

Ya Allah, kekuasaan-Mu tiada tandingan mana2 makhluk-Mu, Engkau jadikan siang untuk hamba-Mu mencari rezeki-Mu, Engkau jadikan malam untuk hamba-Mu beribadat kepada-Mu..(^___^)

^^

Photobucket

Recent Posts

P.Z.R

smile

Bendera Rasululullah SAW

smile

Beberapa helai rambut Rasulullah SAW

smile

Sandal-sandal (terumpah) peninggalan Rasulullah SAW tercinta

smile

Sandal-sandal (terumpah) peninggalan Rasulullah SAW tercinta

smile

;"> Sandal-sandal (terumpah) peninggalan Rasulullah SAW tercinta

smile

Cap surat Nabi SAW

smile

Kotak milik putri tercinta Nabi SAW, Sayyidah Fatimah Az-Zahra R.A.

smile

Busur Panah Nabi SAW

smile

Mangkuk tempat minum Rasulullah SAW

smile

Peninggalan gigi dan rambut Nabi..

smile

Jejak Kaki Rasulullah SAW

smile

Jubah Nabi Muhammad, Rasulullah SAW

smile

Surat Nabi SAW kepada Raja Nijashi, Raja Habsyah

smile

Surat Nabi SAW kepada rakyat Oman, Arab Selatan

smile

Surat Nabi SAW kepada Kaisar Romawi abad ke- 7

smile

Surat Rasulullah SAW pada Raja Heraclius

smile

Surat Nabi SAW kepada Raja Muqauqas, Mesir

smile

Makan Siti Aminah, Ibunda Rasululllah SAW

smile

Berbagai pedang yang pernah dimiliki Nabi dengan nama-namanya

smile

. Berbagai pedang yang pernah dimiliki Nabi dengan nama-namanya ...

smile

. Berbagai pedang yang pernah dimiliki Nabi dengan nama-namanya ...

smile

Gagang Pedang “Hatf” Nabi SAW tampak lebih jelas

smile

Kunci Ka’bah Masa Nabi Muhammad SAW

smile

Berbagai pedang yang pernah dimiliki Nabi

smile

PINTU EMAS MAKAM NABI MUHAMMAD SAW

smile

Keranda dan makam Nabi panutan alam, Nabi Muhammad SAW

smile

Beberapa helai rambut Rasulullah SAW

smile

Wadah Kotak Gigi Rasulullah SAW

smile

Butiran pasir yang diambil dari makam Nabi Muhammad SAW

smile

Jejak Kaki Rasulullah SAW

smile

Bagian dari baju gamis Nabi SAW yang sudah sobek

smile

Baju gamis Nabi SAW yang lusuh dan robek-robek

smile

.

Topi Besi Rasulullah SAW

smile

the_clothers__staff_of_prophet_muhammad.jpg



Friday, March 18, 2011

Hukum JIHAD??

Buat semua KHALIFAH ALLAH yang bergelar MUSLIM...
Mai kita tengok yang orang dok kata jihad tak wajib....
Memang betoi tapi pada sestengah tempat la...
Sila2....baca, jgn segan2..^^


Assalamualaikum...

HUKUM Jihad memang terbagi dua, iaitu Fardu Ain dan Fardu Kifayah. Menurut Ibnul Musayyab hukum Jihad adalah Fardu Ain sedangkan menurut Jumhur Ulama hukumnya Fardu Kifayah yang dalam keadaan tertentu akan berubah menjadi Fardu Ain.

Fardu Kifayah, bagaimana?

Yang dimaksud hukum Jihad fardu kifayah, menurut jumhur ulama iaitu memerangi orang-orang kafir yang berada di negeri-negeri mereka. Makna hukum Jihad fardu kifayah ialah, jika sebahagian kaum Muslimin dalam kadar dan persediaan yang memadai, telah mengambil tanggung-jawab melaksananya, maka kewajiban itu terbebas dari seluruh kaum Muslimin. Tetapi sebaliknya jika tidak ada yang melaksananya, maka kewajiban itu tetap dan tidak gugur, dan kaum Muslimin semuanya berdosa. Makna mudahnya, kalau sorang buat yang lain dah tak payah!

“Tidaklah sama keadaan orang-orang yang duduk (tidak turut berperang) dari kalangan orang-orang yang beriman selain daripada orang-orang yang ada keuzuran dengan orang-orang yang berjihad dijalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwa mereka atas orang-orang yang tinggal duduk (tidak turut berperang kerana uzur) dengan kelebihan satu darjat. Dan tiap-tiap satu (dari dua golongan itu) Allah menjanjikan dengan balasan yang baik (Syurga), dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang-orang yang tinggal duduk (tidak turut berperang dan tidak ada uzur) dengan pahala yang amat besar.” (QS An-Nisa 95)

Ayat diatas menunjukan bahawa Jihad adalah fardu kifayah, maka orang yang duduk tidak berjihad tidak berdosa sementara yang lain sedang berjihad. Ketetapan ini wujud jika orang yang melaksanakan jihad sudah memadai (cukup) sedangkan jika yang melaksanakan jihad belum memadai (cukup) maka orang-orang yang tidak turut berjihad itu berdosa. Dan jihad ini diwajibkan kepada laki-laki yang baligh, berakal, sehat badannya dan mampu melaksanakan jihad. Dan ia tidak diwajibkan atas: anak-anak, hamba sahaya, perempuan, orang pincang, orang lumpuh, orang buta, orang kudung, dan orang sakit.

“Tiada dosa atas orang-orang yang buta dan atas orang yang pincang dan atas orang yang sakit (apabila tidak ikut berperang). Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya; niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan barang siapa yang berpaling niscaya akan diazab-Nya dengan azab yang pedih.” (QS Al-Fath 17)

“Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS At-Taubah 91)

“Dan tiada (pula) berdosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: “Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu.” lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata kerana kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan.” (QS At-Taubah 92)

“Sesungguhnya jalan (untuk menyalahkan) hanyalah terhadap orang-orang yang meminta izin kepadamu, padahal mereka itu orang-orang kaya. Mereka rela berada bersama orang-orang yang tidak ikut berperang dan Allah telah mengunci mati hati mereka, maka mereka tidak mengetahui (akibat perbuatan mereka).” (QS At-Taubah 93)

Ibnu Qudamah mengatakan: “Jihad dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali setiap tahun. Maka ia wajib dilaksanakan pada setiap tahun kecuali uzur. Dan jika keperluan jihad menuntut untuk dilaksanakan lebih dari satu kali pada setiap tahun, maka jihad wajib dilaksanakan kerana fardu kifayah. Maka jihad wajib dilaksanakan selama diperlukan.”

Imam Syafi’i mengatakan : “Jika tidak dalam keadaan darurat dan tidak ada uzur, perang tidak boleh diakhirkan hingga satu tahun.”

Al-Qurtubi mengatakan: “Imam wajib mengirimkan pasukan untuk menyerbu musuh satu kali pada setiap tahun, apakah ia sendiri atau orang yang ia percayai pergi bersama mereka untuk mengajak dan menganjurkan musuh untuk masuk Islam, menolak gangguan mereka dan menzahirkan Dienullah sehingga mereka masuk Islam atau menyerahkan jizyah.”

Abu Ma’ali Abdul Malik bin Abdullah Al-Juwaini, yang terkenal dengan panggilan Imamul Haramain mengatakan : “Jihad adalah dakwah yang bersifat memaksa, jihad wajib dilaksanakan menurut kemampuan sehingga tidak tersisa kecuali Muslim atau Musalim, dengan tidak ditentukan harus satu kali didalam setahun, dan juga tidak dinafikan sekiranya memungkinkan lebih dari satu kali. Dan apa yang dikatakan oleh para Fukaha (sekurang-kurangnya satu kali pada setiap tahun, mereka bertitik tolak dari kebiasaan bahawa harta dan pribadi(jiwa) tidak mudah untuk mempersiapkan pasukan yang memadai lebih dari satu kali dalam setahun.”

Perlu kita fahami bahawa praktek jihad yang hukumnya fardu kifayah ini adalah jihad yang secara langsung berhadapan memerangi orang-orang kafir, sedangkan jihad yang tidak secara langsung berhadapan dengan orang-orang kafir hukumnya fardu ain.

Sulaiman bin Fahd Al-Audah mengatakan, “Ibnu Hajar telah memberikan isyarat tentang kewajiban Jihad dengan makna yang lebih umum, sebagai fardu ain, maka beliau mengatakan : “Dan juga ditetapkan bahwa jenis jihad terhadap orang kafir itu fardu a’in atas setiap muslim : baik dengan tangannya, lisannya, hartanya ataupun dengan hatinya.”

Hadist-hadist yang menerangkan bahawa hukum jihad dalam makna yang umum (dengan tangan, harta atau hati) itu jihad fardu ain, antara lain:

“Barangsiapa yang mati sedangkan ia tidak berperang, dan tidak tergerak hatinya untuk berperang, maka dia mati diatas satu cabang kemunafikan.” (HR Muslim, Abu Daud, Nasai, Ahmad, Abu Awanah dan Baihaqi)

“Sesiapa yang tidak berperang atau tidak membantu persiapan orang yang berperang, atau tidak menjaga keluarga orang yang berperang dengan baik, niscaya Allah timpakan kepadanya kegoncangan.” Yazid bin Abdu Rabbihi berkata : “Didalam hadist yang diriwayatkan ada perkataan “sebelum hari qiamat.” (HR Abu Daud, Ibnu Majah, Darimi, Tabrani, Baihaqi dan Ibnu Asakir)

Dari dua hadist di atas memberitahu kita bahawa orang yang tidak berjihad, tidak membantu orang berjihad dan tidak tergerak hatinya untuk berjihad diancam dengan ancaman kematian pada satu cabang kemunafikan dan mendapat goncangan sebelum hari kiamat. Jadi orang-orang yang tidak mempunyai kemampuan untuk pergi berperang secara langsung mengahadapi orang-orang kafir, mereka hendaklah tergerak hatinya untuk berperang seperti halnya orang yang lemah dan orang yang sakit.

Sekiranya hukum jihad secara langsung berhadapan dengan orang-orang kafir sudah berubah dari fardu kifayah menjadi fardu ain, maka tidak ada yang dikecualikan lagi, siapapun perlu pergi berperang dengan apa dan cara apapun yang dapat dilakukan.



Insya Allah, lepas ni ada sambungan untuk JIHAD fardhu ain plak ok...
Jangan terlepas...
Teruskanlah mengunjungi blog ini Jazakallah...

Thursday, March 17, 2011

Apa yang di maksudkan dengan JIHAD?

Salam semua buat pegunjung yag mengunjungi blog ana...
Kali ini ana mau cerita sikit pasal JIHAD...
Kebanyakkan manusia mengambil mudah tentang JIHAD...
Mari kita teliti apa yang di maksudkan dengan JIHAD...



Akhir-akhir ini, jihad telah disalahertikan. Ia sudah dicemari padahal perkataan jihad itu sangat baik dan mulia sebab ia datang dari Tuhan, dari Rasulullah dan dari ajaran Islam yang sangat cantik, indah dan mulia. Jihad itu kalau dapat dilaksanakan dengan tepat, maka akan lahirlah syiar yang indah dalam kehidupan.

Malangnya sekarang jihad sudah dikotori oleh umat Islam sendiri. Bila dikatakan jihad, yang dibayangkan ialah bunuh orang, tembak dan bom sana sini, serangan berani mati, sabotaj dan lain-lain keganasan lagi sehingga hendak sebut perkataan jihad pun sudah malu dan rasa inferiority complex. Ini kerana orang bukan Islam sudah pandang serong dengan perkataan jihad. Umat Islam sendirilah yang sudah menyalahertikan jihad itu.

Erti jihad

Orang mengertikan jihad itu sebagai berjuang. Sebenarnya jihad bukan ertinya berjuang. Terpaksalah di sini dibahaskan dari segi lafaz atau bahasanya. Erti jihad yang asal bukannya berjuang. Cuma setelah dirumuskan intipatinya, barulah dikatakan berjuang.

Perkataan jihad itu adalah berasal dari bahasa Arab iaitu dari perkataan jahada, yajhadu, juhdan, atau jahdan atau jihaadan. Maksud jahada ialah bersungguh-sungguh menggunakan tenaga. Erti jihad dari segi bahasa pula ialah bersungguh-sungguh yang termampu mungkin mengumpulkan semua kekuatan tenaga sama ada dalam diri (akal, roh, jiwa, fizikal) mahupun di luar diri (duit ringgit, kekayaan, aset dan sebagainya). Itu erti jihad.

Ahli bahasa mengambil intipati dan kesimpulan makna lalu dibuat istilah baru iaitu berjuang. Hingga akhirnya seolah-olah itulah istilah yang tepat bagi jihad. Istilah asalnya sudah tidak diketahui lagi. Maka kita pun terbawa sama, terpaksa mengikut trend mereka. Jika tidak, bila kita hendak mengajak berjihad, kita terpaksa berkata, “Mari kita bersungguh-sungguh kumpulkan tenaga.” Pelik pula bunyinya. Sebaliknya kalau kita kata, “Mari kita berjuang,” maka orang terus faham.

Takrif jihad

Seterusnya apa pula hubungkait erti jihad di atas dengan maksud jihad dalam erti yang kedua. Di sini kita bawa satu cerita sejarah. Pernah dalam satu pertemuan antara Rasulullah dan Sahabat berlakulah dialog yang lebih kurangnya begini:

Sahabat berkata kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, apakah seorang yang berjuang kerana marahkan sesuatu puak itu dikatakan jihad fisabilillah?”

“Tidak. Itu tidak termasuk jihad fisabilillah.”

“Apakah seorang yang berjuang kerana tunjuk berani itu jihad fisabilillah?” tanya Sahabat lagi.

“Tidak,” jawab Rasulullah.

“Apakah berjuang fisabilillah itu berjihad kerana bangsa?”

“Bukan.”

“Kalau begitu, ya Rasulullah, apa itu jihad fisabilillah?”

“Berjihad fisabilillah itu ialah berjuang di jalan Allah untuk menegakkan kalimah Allah hingga menjadi tinggi. Jihad itu ialah untuk meninggikan kalimah Allah.”

Di sini baru kita faham, ajaran Allah atau ajaran Islam itu adalah dari satu kalimah iaitu: “Asyhadu allaa ilaaha ilallah wa asyhadu anna muhammadar rasulullah.”

Pintu Islam ialah kalimah syahadah. Maka siapa yang berjuang bagi meninggikan dua kalimah syahadah agar diterima orang, itulah berjuang. Bagi orang yang sudah syahadah, kita berjuang agar mereka mengekalkannya. Manakala orang yang belum syahadah, kita berjuang agar mereka mengucapkannya, ertinya sampai mereka masuk Islam. Ini baru takrif dari segi perkataan-perkataan, belum dihurai isinya yang lebih mendalam lagi.


Isi jihad

Syahadah itu adalah wadah. Ia ibarat bakul. Jadi apa yang kita hendak perjuangkan ialah apa yang ada dalam wadah itu. Kalau tidak ada wadah atau bakul itu, macam mana hendak masukkan barang. Ertinya segala-galanya bertolak dari kalimah syahadah.

Apakah isi bagi dua kalimah syahadah itu? Di sini kita ambil yang terpokok sahaja iaitu iman, Islam dan ihsan. Rupanya dalam bakul dua kalimah syahadah itu, isinya yang terpenting ada tiga yakni iman (aqidah), Islam (syariat) dan ihsan (hakikat atau tasawuf). Jadi umat Islam yang berjuang itu ibarat membawa bakul yang ada tiga benda tadi ke pasar, ke kampung, ke bandar.

“Mari, mari! Belilah apa yang saya bawa ini.”

Kita berjuang seolah-olah membawa bakul yang berisi iman, Islam dan ihsan itu lalu menjaja-jajanya. Kita pergi membawa mesej dari Tuhan untuk menyampaikannya kepada manusia secara percuma.

Iman itu pula, ia bukan seketul atau sebiji tetapi ia juga merupakan satu bekas yang di dalamnya mengandungi hal-hal yang berkaitan dengan iman yang merupakan pakej iman. Di situ ada keyakinan dan sebagainya.

Bila dikatakan Islam, itulah syariat. Syariat pula tentulah banyak. Ada fardhu ain, fardhu kifayah, wajib dan sunat. Ada pendidikan, ekonomi, kebudayaan, dakwah, pentadbiran dan lain-lain lagi.

Begitu juga ihsan. Di dalam bakul ihsan itu ada ilmu hakikat dan ilmu rasa. Yakni penghayatan kita pada Tuhan seperti rasa takut, redha, rasa hamba dan seterusnya.

Jadi orang yang berjuang; keluar dari pagi sampai petang baru pulang; dia membawa bakul maknawi yakni “Laa ilaaha illallah, muhammadur rasulullah”. Dalam bakul itu macam-macam pula isinya yang terdiri dari iman, Islam dan ihsan. Kalau hendak ditamsilkan orang berjuang itu, ibarat orang yang berjual ikan dan sayur. Pergi dari rumah ke rumah dan berkata: “Mari beli ikan. Mari beli sayur!” Maka orang yang berjuang pun hakikatnya menjaja juga. “Mari beli iman, Islam dan ihsan!”

Itulah erti jihad atau berjuang di jalan Tuhan. Selain itu, ia dikira berjuang pada jalan syaitan. Justeru itu mengapa berjuang sampai bunuh orang? Ledak bom sana sini. Itu syaitan yang ajar. Itu bukan mati syahid tetapi mati sakit. Berjuang ialah hendak beri sesuatu yang baik pada orang.

Natijah jihad

Bilamana kita sudah pandai menjaja ‘barang’ Tuhan dengan bijaksana dan dengan cara yang betul maka berebut-rebutlah orang membelinya. Bila orang membeli dengan pakejnya iaitu iman, Islam dan ihsan, maka nampaklah syiar-syiar Tuhan pada peribadi orang itu. Kalau berlaku pada satu kelompok manusia maka lagi terserlah syiar Tuhan pada kelompok manusia itu. Keindahannya dapat dilihat pada pendidikan, pada ekonomi, pada kebudayaan, pada pentadbirannya, pada ibadah dan pada akhlaknya. Nampak indah, nampak kebesaran dan kekuasaan Tuhan.

Apabila tiga pakej ini diterima dan dihayati, maka akan terserlah kecantikannya. Contohnya:

Dalam bidang pendidikan, guru dan murid hormat-menghormati. Guru bagaikan seorang ayah yang sangat sayang kepada anak-anaknya.
Dalam rumah tangga pula, nampak syiar Tuhan yang mana rumah tangga itu harmoni dan berkasih sayang. Hasil membeli barang Tuhan tadi, nampaklah anak hormat kepada ibu bapa, isteri taat, suami bertanggungjawab, sama-sama beribadah dan membesarkan Tuhan serta syariat-Nya.
Nampak pula syiar pada ekonomi di mana berlakunya tolak ansur, ada khidmat, ada kasih sayang antara satu sama lain, penjual perlu kepada pembeli dan pembeli perlu kepada penjual.
Nampak kehidupan yang begitu indah dan cantik. Nampak dalam masyarakat berlaku kasih sayang. Lahir perpaduan, kesatuan, kerjasama dan bekerjasama.
Begitu juga pada pentadbiran. Nampak indahnya pentadbiran.
Begitulah seterusnya di sudut-sudut lain, akan terserlah keindahannya kerana orang yang berjuang pada jalan Allah berjaya menjual barangnya kepada orang ramai iaitu iman, Islam dan ihsan. Ibarat orang dapat makan makanan berkhasiat, dia nampak sihat dan badannya kuat. Tidak terkena penyakit atau tidak sakit. Hidupnya selesa. Itulah yang dinamakan syiar.

Syiar dapat dilihat oleh mata pada keindahan hidup. Hasil orang berjuang menjual iman, Islam dan ihsan maka manusia atau masyarakat menjadi baik, berakhlak, berkasih sayang dan bersatu padu. Nampak syiarnya dan nampak kebesaran Tuhan. Tuhan berfirman:

Maksudnya: “Barang siapa membesarkan syiar-syiar Tuhan, itulah dari hati yang bertaqwa.” (Al Haj: 32)

Jadi yang dikatakan jihad atau berjuang itu ialah supaya orang terima ajaran Tuhan yang tiga perkara tadi. Hasilnya orang nampak syiar Tuhan di tengah masyarakat. Natijahnya, barang siapa yang berjuang hingga nampak syiar Tuhan, itulah yang dikatakan berjuang di jalan Allah.

Berjuang di jalan Allah mana ada berbunuhan, pancung orang, ledak bom sana sini bahkan perkataan yang kasar pun tidak ada. Kalau cakap kasar, tidak akan laku iman, Islam dan ihsan yang kita jual itu. Kalau kita jual dengan sombong, angkuh, ganas, tanpa akhlak dan tidak jaga lidah, macam mana Islam hendak laku? Orang tidak akan terima agama Tuhan yang begitu cantik itu jika kita berjuang dengan ganas, secara militan dan tidak ada akhlak.

Jadi berjuang pada jalan Tuhan itu ialah hendak bangunkan syiar Tuhan. Supaya syiar itu berlaku dalam kehidupan, dalam ibadah, dalam ekonomi, kebudayaan dan masyarakat. Hari ini orang berjuang; sekalipun atas nama jemaah Islam; tidak nampak syiar Tuhan itu. Tidak nampak hasilnya seperti ibadahnya berdisiplin, berkasih sayang, lahir perniagaan atas dasar khidmat dan bertolak ansur dan lain-lain. Sebab mereka menjual barang Tuhan dengan ganas, menzalim, menindas dan kasar. Akibatnya barang Tuhan tidak laku.


Peringkat jihad

Jihad atau berjuang itu banyak peringkat. Di antaranya:

Jihad kepada orang kafir supaya dia terima dua kalimah syahadah dan masuk Islam. Selepas itu dididik berasur-ansur supaya meningkat iman, Islam dan ihsannya sehingga lahirlah syiar-syiar dalam kehidupannya. Tidaklah berjuang dengan orang kafir itu sampai hendak bunuh dia.
Terhadap orang Islam, iaitu setelah mereka terima pakej iman, Islam dan ihsan itu, mungkin mereka jahil. Mungkin mereka tidak tahu bagaimana hendak amalkan. Maka berjuang terhadap orang Islam adalah agar mereka dapat sempurnakan amalan ketiga-tiga pakej itu. Dalam kata-kata lain, berjuang terhadap orang Islam adalah agar meningkat Islam mereka.
Ada dua lagi perjuangan yang tidak nampak iaitu perjuangan terhadap nafsu dan perjuangan terhadap syaitan. Sebagaimana yang telah dinyatakan sebelum ini, erti jihad itu ialah bersungguh-sungguh mengumpulkan tenaga. Bagaimana tenaga itu hendak dijadikan alat. Kalau nafsu, bagaimana hendak menggunakan tenaga itu untuk membendung nafsu ammarah sehingga meningkat jadi lawwamah. Setelah itu hendak bendung nafsu lawwamah itu hingga menjadi mulhamah dan seterusnya.
Begitu juga kita menghimpunkan tenaga bersungguh-sungguh untuk membendung pengaruh syaitan. Pengaruh syaitan ini lebih mudah diperangi. Yakni setelah nafsu dapat diperangi, dapat ditundukkan, maka automatik jalan syaitan dapat ditumpaskan. Apabila nafsu ditumpaskan, mudahlah untuk membendung syaitan sebab nafsu itu highway bagi syaitan. Kalau highway sudah ditutup, syaitan tidak boleh melaluinya. Begitulah caranya berjuang terhadap nafsu dan syaitan.

Kalau begitu, fahamlah kita bahawa erti jihad itu ialah menegakkan kalimah Allah, yang mana kalimah Allah ada tiga perkara asas iaitu iman, Islam dan ihsan. Daripada tiga perkara itu dipecahkan menjadi banyak lagi dan diperjuangkan hingga orang terima. Bila orang terima dan orang amalkan maka lahirlah dalam kehidupan keindahan-keindahan Islam, yakni syiar-syiar Islam yang Tuhan kata: “Barang siapa membesarkan syiar-syiar Tuhan, itulah dari hati yang bertaqwa.”

Berjihad sama sekali tidak ada kaitan dengan militansi. Kita berjuang tidak ada hubungan dengan perang. Cuma bilamana kita berjuang seperti yang dikatakan tadi maka kalau ada orang yang hasad dengki, dia akan memerangi kita. Bukan kita yang undang, tapi orang lain yang undang.

Jadi perang itu kalaupun berlaku bukan dari kita tetapi musuh yang mengundang. Bukan salah kita tetapi salah musuh. Dalam berhadapan dengan musuh itu pun terbahagi kepada dua. Kalau dia undang perang, kita tengok dulu kekuatan kita. Kalau kita masih lemah, kita elak dulu.

Macam Rasulullah, masa masih lemah, baginda tidak lawan. Sebaliknya baginda menyuruh Sahabat-Sahabat berpindah dari Mekah ke Habsyah dan baginda sendiri pernah pergi ke Thaif.

Begitu juga sewaktu berhijrah ke Madinah, umat Islam masih lemah lagi. Setelah ada kekuatan, bila orang undang perang, baru Rasulullah berperang. Selagi belum ada kekuatan, baginda elak dulu. Sebaliknya sekarang, kita yang undang orang perang. Kalau kita kuat boleh tahan tapi kita cuma guna batu dan lastik, hendak melawan musuh yang ada kereta kebal!

Itulah gambaran erti jihad atau erti berjuang. Cantik dan indah tetapi ulama pun sudah tidak faham. Berapa ramai orang hari ini yang berjuang secara militan. Manakala yang tidak militan pula, hasilnya tidak ada. Dia memperjuangkan hak orang, dia kata dia perjuangkan Islam. Dia perjuangkan ideologi, dia kata dia perjuangkan Islam. Dia perjuangkan kefahaman ciptaan manusia dan isme, dia kata dia perjuangkan hak Tuhan. Kedua-duanya tidak betul. Kedua-duanya tidak akan menghasilkan apa-apa.

di petik dari minda ikhwan global...

INYSAALLAH!! moga2 Allah memberi keredhaan kepada kita

Hanya Sampingan..^_^

:::Andai Bertemu dan Berpisah Kerana Allah:::

Ulama Pewaris Nabi

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More