Salam perjuangan

Salam perjuangan

HATI

Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah SAW pernah bersabda sebagai berikut: “Menjadi bersihlah kamu, karena sesungguhnya Islam itu bersih.” (HR. Ibnu Hiban)

UJIAN-MU

Brngsiapa diuji lalu bersabar, dberi lalu bersyukur, dzalimi lalu memaafkan dn mnzalimi lalu bristighfar maka bg mreka kselamatan dn mreka trgolong org2 yg memperoleh hidayah. (HR. Al-Baihaqi)

JALAN-MU

Bukti cinta yang kukuh kepada Allah dan Rasul-Nya ialah berjihad, Maka berjihadlah dengan harta dan nyawamu

MILIK-MU

Ya Allah KAU hampirikanlah diriku ini kepada-Mu,Ya Allah sesungguhnya hidup matiku hanya untuk-Mu, Inginku capai cinta dan redha-Mu Ya Allah(^___^).

SYURGA-MU

Ya Allah, kekuasaan-Mu tiada tandingan mana2 makhluk-Mu, Engkau jadikan siang untuk hamba-Mu mencari rezeki-Mu, Engkau jadikan malam untuk hamba-Mu beribadat kepada-Mu..(^___^)

^^

Photobucket

Recent Posts

P.Z.R

smile

Bendera Rasululullah SAW

smile

Beberapa helai rambut Rasulullah SAW

smile

Sandal-sandal (terumpah) peninggalan Rasulullah SAW tercinta

smile

Sandal-sandal (terumpah) peninggalan Rasulullah SAW tercinta

smile

;"> Sandal-sandal (terumpah) peninggalan Rasulullah SAW tercinta

smile

Cap surat Nabi SAW

smile

Kotak milik putri tercinta Nabi SAW, Sayyidah Fatimah Az-Zahra R.A.

smile

Busur Panah Nabi SAW

smile

Mangkuk tempat minum Rasulullah SAW

smile

Peninggalan gigi dan rambut Nabi..

smile

Jejak Kaki Rasulullah SAW

smile

Jubah Nabi Muhammad, Rasulullah SAW

smile

Surat Nabi SAW kepada Raja Nijashi, Raja Habsyah

smile

Surat Nabi SAW kepada rakyat Oman, Arab Selatan

smile

Surat Nabi SAW kepada Kaisar Romawi abad ke- 7

smile

Surat Rasulullah SAW pada Raja Heraclius

smile

Surat Nabi SAW kepada Raja Muqauqas, Mesir

smile

Makan Siti Aminah, Ibunda Rasululllah SAW

smile

Berbagai pedang yang pernah dimiliki Nabi dengan nama-namanya

smile

. Berbagai pedang yang pernah dimiliki Nabi dengan nama-namanya ...

smile

. Berbagai pedang yang pernah dimiliki Nabi dengan nama-namanya ...

smile

Gagang Pedang “Hatf” Nabi SAW tampak lebih jelas

smile

Kunci Ka’bah Masa Nabi Muhammad SAW

smile

Berbagai pedang yang pernah dimiliki Nabi

smile

PINTU EMAS MAKAM NABI MUHAMMAD SAW

smile

Keranda dan makam Nabi panutan alam, Nabi Muhammad SAW

smile

Beberapa helai rambut Rasulullah SAW

smile

Wadah Kotak Gigi Rasulullah SAW

smile

Butiran pasir yang diambil dari makam Nabi Muhammad SAW

smile

Jejak Kaki Rasulullah SAW

smile

Bagian dari baju gamis Nabi SAW yang sudah sobek

smile

Baju gamis Nabi SAW yang lusuh dan robek-robek

smile

.

Topi Besi Rasulullah SAW

smile

the_clothers__staff_of_prophet_muhammad.jpg



Friday, November 19, 2010

Amr Ibnu Jamuh

Ia adalah ipar dari Abdullah bin Ami bin Harem, karena menjadi suami dari saudara perempuan Hindun bintj Amar; Ibnul Jamuh merupakan aalah swrang tokoh penduduk Madinah dan salah seorang pemimpin Bani Salamah….
Ia didahului masuk Islam oleh putranya Mu’adz bin Arnr yang termasuk kelompok 70 peserta bai’at ‘Aqabah. Bersama shahabatnya Mu’adz bin Jabal, Mu’adz bin Amr ini menyebarkan Agama Islam di kalangan penduduk Madinah dengan keberanian luar biasa sebagai layaknya pemuda Mu’min yang gagah perwira….

Telah menjadi kebiasaan bagi golongan bangsawan di Madinah, menyediakan di rumah masing~masing duplikat berhala-berhala besar yang terdapat di-tempat-tempat pemujaan umum yang.dikunjungi oleh orang banyak. Maka sesuai dengan kedudukannya sebagai seorang bangsawan dan pemimpin Amru bin Jamuh juga mendirikan berhala di rumahnya yang dinamakan Manaf.

Putranya, Mu’adz bin Amr bersama temannya Mu’adz bin Jabal telah bermufakat akan menjadikan berhala di rumah bapaknya itu sebagai barang permainan dan penghinaan. Di waktu malam mereka,menyelinap ke dalam rumah, lain mengambil berhala itu dan membuangya ke dalam Lubang yang biasa digunakan manusia untuk membuang hajatnya.
Pagi harinya Amr tidak melihat Manaf berada di tempatnya yang biasa, maka dicarinyalah berhala itu dan akhirnya ditemukannya di tempat pembuangan hajat. Bukan main marahnya Amr, lain bentaknya: “Keparat siapa yang telah melakukan perbuatan durhaka terhadap tuhan-tuhan kita malam tadi…?”Kemudian dicuci dan dibersihkannya berhala itu dan dibelinya wangi-wangian.
Malam berikutnya, berdua Mu’adz bin Amr dan Mu’adz bin Jabal memperlakukan berhala itu seperti pada malam sebelumnya. Demikianlah pula pada malam-malam selanjutnya. Dan akhirnya setelah merasa bosan, Amar mengambil pedangnya lalu menaruhnya di leher Manaf, sambil berkata: ”Jika kamu betul-betul dapat memberikan kebaikan, berusahalah untuk mempertahankan dirimu … !”
Pagi-pagi keesokan harinya Amr tidak menemukun berhalanya di tempat biasa… tetapi ditemukannya kali ini di tempat pembuangan hajat itu tidak sendirian, berhala itu terikat bersama bangkai seekar aniing dengan tali yang kuat, Dan selagi ia dalam keheranan, kekeeewaan serta amarah, tiba-tiba datangtah ke tempatnya itu beberapa orang hangsawan Madinah yang telah masuk Islam. Sambil menunjuk kepada berhala yang tergeletak tidak berdaya dan terikat pada bangkai anjing itu, mereka mengajak akal budi dan hati nurani Amr bin Jamuh untuk berdialog serta membeberkan kepadanya perihat Tuhan yang sesungguhnya, Yang Maha Agung lagi Maha Tinggi, yang tidak satupun yang menyamai-Nya. Begitupun tentang Muhammad shallallahu alaihi wasalam orang yang iujur dan terpercaya, yang muneul di arena kehidupan ini untuk memberi bukan untuk menerima, untuk memberi petunjuk dan bukan untuk menyesatkan. Dan mengenai Agama. Islam yang datang untuk membebaskan manusia dari belenggu segala macam belenggu dan menghidupkan pada mereka rub Allah serta menerangi dalam hati mereka dengan cahaya-Nya.
Maka dalam beberapa saat, Amr telah menemukan diri dan harapannya … Beberapa saat kemudian ia pergi, dibersihkahnya pakaian dan ·badannya lain memakai minyak wangi dan merapikan diri, kemudian dengan kening tegak dan jiwa bersinar ia pergi untuk bai’at kepada Nabi teiakhir, dan menempati kedudukannya di barisan orang-orang- beriman.
Mungkin ada yang bertanya, kenapa orang-orang seperti Amr ibnul Jamuh, yang merupakan pemimpin dan bangsawan di kalangan suku bangsanya, kenapa mereka sampai mempercayai berhala-berhala itu sedemikian rupa… ? Kenapa akal fikiran mereka tak dapat menghindarkan diri dari kekebalan dan ketololan itu … ? Dan kenapa sekarang ini …setelah mereka menganut Islam dan memberikan pengurbanan … kita menganggap mereka sebagai orang-orang besar…..?
Di masa sekarang ini, pertanyaan seperti itu mudah saja timbul, karena bagi anak kecil sekalipun tak masuk dalam akalnya akan mendirikan di rumahnya barang yang terbuat dari kayu lalu disembahnya …, walaupun masih ada para ilmuwan yang menyembah patung.
Tetapi di zaman yang silam, kecenderungan-kecenderungan manusia terbuka luas untuk menerima perbuatan-perbuatan aneh seperti itu di mana kecerdasan dan daya fikir mereka tiada berdaya menghadapi arus tradisi kuno tersebut ….
Sebagai contoh dapat kita kemukakan di sini, Athena. Yakni Athena di masa Perikles, Pythagoras dan Socrates! Athena yang telah mencapai tingkat berfikir yang menakjubkan, tetapi seluruh penduduknya, baik para filosof, tokoh-tokoh pemerintahan sampai kepada rakyat biasa, mempercayai patung-patung yang dipahat, dan memujanya sampai taraf yang amat hina dan memalukan! Sebabnya ialah karena rasa keagamaan di masa-masa yang telah jauh berselang itu tidak mencapai garis yang sejajar dengan ketinggian alam fikiran mereka….
Amr ibnul Jamuh telah menyerahkan hati dan hidupnya kepada Allah Rabbul-Alamin. Dan walaupun dari semula ia telah berbai’at pemurah dan dermawan,tetapi Islam telah melipatgandakan kedermawanannya ini, hingga seluruh harta kakayaannya diserahkannya untuk Agama dan kawan-kawan seperjuangannya.
Pernah Rasulullab shallallahu alaihi wasalam menanyakan kepada segolongan Bani Salamah yaitu suku Amr ibnul Jamuh, katanya: “Siapakah yang menjadi pemimpin kalian, hai Bani Salamah?” Ujar mereka: “AlJaddu bin Qeis, hanya sayang ia kikir …. “. Maka sabda Rasulullah pula: “Apa lagi penyakit yang lebih parah dari kikir!
Kalau begitu pemimpin kalian ialah si Putih Keriting, Amr ibnul Jamuh…!”Demikianlah kesaksian dari Rasululiah shallallahu alaihi wasalam ini merupakan penghormatan besar bagi Amr….. ! Dan mengenai ini seorang penyair Anshar pernah berpantun:
“Amr ibnul Jamuh membiarkan kedermawanannya merajalela, dan memanng wajar, bila ia dibiarkan berkuasa, jika datang permintaan, dilepasnya kendali hartanya, silakan ambil, ujarnya, karena esok ia akan kembali ,berlipatganda!”
Dan sebagaimana ia dermawan membaktikan hartanya di jalan Allah, maka Amr ibnul Jamuh tak ingin sifat pemurahnya akan kurang dalam menyerahkan jiwa raganya… ! Tetapi betapa caranya..? Kakinya yang pincang menjadi penghadang badanya untuk ikut dalam peperangan. Ia mempunyai empat orang putra, semuanya beragama islam dan semuanya satria bagaikan singa, dan ikut bersama Nabi shallallahu alaihi wasalam dalam setiap peperangan serta tabah dalam menunaikan tugas perjuangan ….
Amr telah berketetapan hati dan telah menyiapkan peralatannya untuk turut dalam perang Badar, tetapi putra-putranya memohon kepada Nabi agar ia mengurungkan maksudnya dengan kesadaran sendiri, atau bila terpaksa dengan larangan dari Nabi.
Nabi pun menyampaikan kepada Amr bahwa Islam membebaskan dirinya dari kewajiban perang, dengan alasan ketidak mampuan disebabkan cacad kakinya yang berat itu. Tetapi ia tetap mendesak dan minta diidzinkan, hingga Rasulullah terpaksa mengeluarkan perintah agar ia tetap tinggal di Madinah.
Sekarang datanglah Masanya perang Uhud. Amr lalu pergi menemui Nabi saw. memohon kepadanya agar diidzinkan turut, katanya: “Ya Rasulallah, putra-putraku bermaksud hendak menghalangiku pergi bertempur bersama anda. Demi Allab, aku amat berharap kiranya dengan kepincanganku ini aku dapat merebut surga… !’·Karena permintaannya yang amat sangat, Nabi saw memberinya idzin Untuk turut. Maka diambilnya alat-alat senjatanya, dan dengan hati yang diliputi oleh rasa puas dan gembira, ia berjalan berjingkat-jingkat. Dan dengan suara beriba-iba ia memohon kepada Allah: “Ya Allah, berilah aku kesempatan untuk menemui syahid, dan janganlah aku; dikembalikan kepada keluargaku…..!”
Dan kedua pasukan pun bertemulah dihari uhud itu….. Amr ibnul Jamuh bersama keempat putranya maju ke depan menebaskan pedangnya kepada tentara penyeru kesesatan dan pasukan syirik…..
Di tengah-tengah pertarungan yang hiruk pikuk itu Amr melompat dan bersijingkat, dan sekali lompat pedangnya menyambar satu kepala dari kepala-kepala orang musyrik. Ia terus melepaskan pukulan-pukulan pedangnya ke kiri ke kanan dengan tangan kanannya, sambil menengok ke sekelilingnya, seolah-olah merrgharapkan kedatangan Malaikat dengan secepatnya yang akan menemani dan meng awalnya masuk suga.
Memang, ia telah memohon kepada Tuhannya agar diberi syahid dan ia yakin bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala, pastilah akan mengabulkannya. Dan ia rindu, amat rindu sekali akan berjingkat dengan kakinya yang pincang itu dalam surga, agar ahli surga itu sama mengetahui bahwa Muhammad Rasulullah saw itu tahu bagaimana caranya memilih shahabat dan bagaimana pula mendidik dan menempa manusia….
Dan apa yang ditunggu-tunggunya itu pun tibalah, suatu pukulan pedang yang berkelebat …, memaklumkan datangnya saat keberangkatan…..,yakni keberangkatan seorang syahid yang mulia, menuju surga jannatul khuldi, surga Firdausi yang abadi… !
Dan tatkala Kaum Muslimin memakamkan-para syuhada mereka, Rasulullah shallallahu alaihi wasalam mengeluarkan perintah yang telah kita dengar dulu, yaitu: -
“Perhatikan, tanamkanlah jasad Abdullah bin Amr bin Haram dan Amr ibnul Jamuh di makam yang satu, karena selagi hidup mereka adalah dua orang shahabat yang setia dan bersayang-sayangan .. _ !”
Kedua shahabat yang bersayang-sayangan dan telah menemui syahid itu dikuburkan dalam sebuah makam, yakni dalam pangkuan tanah yang menyambut jasad mereka yang suci setelah menyaksikan kepahlawanan mereka yang luar biasa.
Dan setelah beralu mesa selama 46 tahun di pemakaman dan penyatuan mereka, datanglah banjir besar yang melanda dan menggenangi tanah pekuburan disebabkan digalinya sebuah mata air yang dialirkan Muswiyah melalui tempat itu. Kaum Muslimin pun segera memindahkan kerangka para syuhada.
Kiranya mereka sebagai dilukiskan oleh orang-orang yang ikut memindahkan mereka: “Jasad mereka menjadi lembut, dan ujung-ujung anggota tuhuh mereka jadi melengkung … !”
Ketika itu Jabir bin Abdullah masih hidup. Maka bersama keluarganya ia pergi memindahkan kerangka bapaknya Abdullah bin Amr bin Haram serta kerangka bapak kecilnya Amr ibnul Jamuh …. Kiranya mereka dapati kedua mereka dalam kubur seolah-olah sedang tidur nyenyak .. .:. Tak sedikit pun tubuh mereka dimakan tanah, dan dari kedua bibir masing-masing belum hilang senyuman manis alamat ridha dan bangga yang telah terlukis semenjak mereka dipanggil untuk menemui Allah dulu.
Apakah anda sekalian merasa heran … ? Tidak, jangan tuan-tuan merasa heran … ! Karena jiwa-jiwa besar yang suci lagi bertaqwa, yang mampu mengendalikan arah tujuan hidupnya, membuat tubuh-tubuh kasar yang menjadi tempat kediamannya, memiliki semaeam ketahanan yang dapat menangkis sebab-sebab kelapukan dan mengatasi beneana-bencana tanah.

Imam Hassan Al Bana






Hassan al Banna (14 Oktober 1906 - pada petang 12 Februari, 1949, Arab:حسن البنا) merupakan reformis sosial dan politik Mesir yang terkenal sebagai pengasas gerakan Jamiat al-Ikhwan al-Muslimun.
Hassan al Banna dilahirkan pada Oktober 1906 di desa al-Mahmudiyyah di daerah al-Bahriyyah, Iskandariah, Mesir (barat laut Kaherah). Beliau berasal dari sebuah perkampungan petani yang terkenal kuat mentaati ajaran dan nilai-nilai Islam, serta keluarga ulama yang dihormati.
Bapanya, Syeikh Ahmad bin Abdul Rahman bin Muhammed al-Banna, merupakan seorang ulama, imam, guru dan seorang pengarang terkenal, lulusan Universiti Al-Azhar, yang menulis dan menyumbang menulis kitab-kitab hadis dan fiqh perundangan Islam dan juga memiliki kedai membaiki jam dan menjual gramophone. Syeikh Ahmad bin Abdul Rahman al-Banna turut mengkaji, menyelidik dan mengajar ilmu-ilmu agama seperti tafsir al-Qur'an dan hadis kepada penduduk tempatan, dan dia banyak dipengaruhi oleh fikrah serta cita-cita perjuangan Syeikh Muhammad Abduh dan Sayyid Jamaluddin al-Afghani.
Sungguhpun Syeikh Ahmad al-Banna dan isterinya memiliki sedikit harta, mereka bukannya orang yang kaya dan bertungkus lumus untuk mencari nafkah, terutama selepas berpindah ke Kaherah pada 1924; sebagaimana yang lain, mereka mendapati bahawa pendidikan Islam dan kealiman seseorang tidak lagi dihargai di ibu negara itu, dan hasilkerja tangan mereka tidak mampu menyaingi industri besar-besaran.. (Mitchell 1969, 1; Lia 1998, 22-24)
Ketika Hassan al-Banna berusia dua belas tahun, beliau menjadi pemimpin badan Latihan Akhlak dan Jemaah al-Suluka al-Akhlaqi yang dikelolakan oleh gurunya di sekolah. Pada peringkat ini beliau telah menghadiri majlis-majlis zikir yang diadakan oleh sebuah pertubuhan sufi, al-Ikhwan al-Hasafiyyah, dan menjadi ahli penuh pada tahun 1922. (Mitchell 1969, 2; Lia 25-26). Melalui pertubuhan ini beliau berkenalan dengan Ahmad al-Sakri yang kemudian memainkan peranan penting dalam penubuhan Ikhwan Muslimin.
Ketika berusia tiga belas tahun, Hassan al Banna menyertai tunjuk perasaan semasa revolusi 1919 menentang pemerintahan British. (Mitchell 1969, 3; Lia 1998, 26-27)
Pada tahun 1923, pada usia 16 tahun dia memasuki Dar al 'Ulum, sekolah latihan guru di Kaherah. Kehidupan di ibu negara menawarkannya aktiviti yang lebih luas berbanding di kampung dan peluang bagi bertemu dengan pelajar Islam terkemuka (kebanyakannya dengan bantuan kenalan ayahnya), tetapi dia amat terganggu dengan kesan Kebaratan yang dilihatnya disana, terutamanya peningkatan arus sekular seperti parti-parti politik, kumpulan-kumpulan sasterawan dan pertubuhan-pertubuhan sosial sekular terdorong ke arah melemahkan pengaruh Islam dan meruntuhkan nilai moral traditional. (Mitchell 1969, 2-4; Lia 1998, 28-30)
Dia turut kecewa dengan apa yang dilihatnya sebagai kegagalan sarjana Islam di Universiti al-Azhar untuk menyuarakan bangkangan mereka dengan peningkatan atheism dan pengaruh pendakwah Kristian. (Mitchell 1969, 5)
Beliau kemudian menganggotai pertubuhan Jama'atul Makram al-Akhlaq al-Islamiyyah yang giat mengadakan ceramah-ceramah Islam. Melalui pertubuhan ini, Hasan al-Banna dan rakan-rakannya menjalankan dakwah ke serata pelosok tempat, di kedai-kedai kopi dan tempat-tempat perhimpunan orang ramai.
Pada peringkat inilah beliau bertemu dan mengadakan hubungan dengan tokoh-tokoh Islam terkenal seperti Muhibbuddin al-Khatib, Muhammad Rashid Reda, Farid Wajdi dan lain-lain.
Di tahun akhirnya di Dar al-'Ulum, dia menulis bahawa dia bercadang menzuhudkan dirinya menjadi "penasihat dan guru" bagi golongan dewasa dan kanak-kanak, agar dapat megajar mereka "matlamat agama dan sumber kegembiraan dan keriangan dalam kehidupan". Dia mendapat ijazah pada tahun 1927 dan diberikan jawatan sebagai guru bahasa Arab di sekolah rendah kebangsaan di Isma'iliyya, bandar provincial terletak di Zon Terusan Suez. (Mitchell 1969, 6)
Al-Imam Hassan al-Banna kemudainnya menubuhkan gerakan Ikhwan Muslimin di bandar Ismailiyyah pada Mac 1928. Ketika itu beliau berusia 23 tahun.
Di Ismailiyya, sebagai tambahan kepada kelas siangnya, dia melaksanakan matlamatnya memberi kelas malam bagi keluarga anak muridnya. Dia juga berceramah di masjid, malah dikedai kopi, yang masa itu masih baru dan dipertikaikan nilai moralnya. Pada awalnya, sesetengah pandangannya berkenaan perlaksanaan Islam yang mudah mendorong kepada tentangan hebat dengan elit keagamaan tempatan, dan dia mengamalkan polisi mengelakkan kontrovesi agama. (Mitchell 1969, 7; Lia 1998, 32-35)
Dia sedih dengan tanda-tanda jelas pengawalan ketenteraan dan ekonomi di Isma'iliyya: kem ketenteraan British, kemudahan awam dimiliki oleh kepentingan luar, dan tempat tinggal mewah milik pekerja Syarikat Terusan Suez, bersebelahan dengan rumah haram pekerja Mesir. (Mitchell 1969, 7)
Setelah berkhidmat 19 tahun dalam bidang perguruan, beliau meletakkan jawatan pada tahun 1946 untuk menyusun kegiatan dakwah dengan berkesan dalam masyarakat di bandar itu. Pengalaman ahli jemaah yang dikumpulkan sekian lama menjadikan Ikhwan Muslimin sebuah gerakan yang berpengaruh.
Ternyata Hassan al-Banna adalah pemimpin yang bijak mengatur organisasi. Ikhwan Muslimin disusun dalam tiga peringkat iaitu, memperkenalkan Ikhwan dan menyebarkan dakwah asas melalui ceramah serta kegiatan kebajikan. Kemudian membentuk keperibadian anggota agar bersedia menjalani jihad seterusnya melaksanakan cita-cita perjuangan Islam dengan tegas. Ikhwan Muslimin berjaya menjadi sebuah gerakan yang menggegarkan Mesir terutama selepas perang dunia kedua apabila gerakan itu turut bertanding di dalam perebutan kuasa politik.
Pengaruh Ikhwan yang kian kuat amat dikhuatiri oleh kerajaan Mesir yang diketuai oleh al-Nukrasi Bassa dari parti al-Sa'di yang bertindak mengharamkan Ikhwan Muslimin pada 1948 atas tuduhan merancang satu pemberontakan untuk menjatuhkan kerajaan. Sungguhpun begitu Hassan al-Banna tidak ditahan dan beliau cuba sedaya upaya menyelamatkan Ikhwan. Malangnya usaha beliau belum berhasil sehinggalah ditembak pada waktu Zohor 12 Februari 1949, ketika keluar dari bangunan Ikhwan Muslimin. Beliau menghembuskan nafas terakhir di hospital dan pembunuhan beliau didakwa dirancang oleh polis rahsia kerajaan berikutan kematian perdana menteri yang dibunuh oleh seorang pelajar yang kecewa dengan pembubaran Ikhwan Muslimin.
Jenazah al-Imam Hassan Al-Banna telah dikebumikan dengan kawalan kereta-kereta kebal dan perisai. Orang ramai tidak dibenarkan menghadiri upacara pengebumiannya, yang hadir hanya keluarganya sendiri.


Hasan Al Basri

Suatu hari ummahatul mu’minin, Ummu Salamah, menerima khabar bahwa mantan "maula" (pembantu wanita)-nya telah melahirkan seo¬rang putera mungil yang sehat. Bukan main gembiranya hati Ummu Salamah mendengar berita tersebut. Diutusnya seseorang untuk mengundang bekas pembantunya itu untuk menghabiskan masa nifas dirumahnya.

Ibu muda yang baru melahirkan tersebut bernama Khairoh, orang yang amat disayangi oleh Ummu Salamah. Rasa cinta ummahatul mu’minin kepada bekas maulanya itu, membuat ia begitu rindu untuk segera melihat puteranya. Ketika Khairoh dan puteranya tiba, Ummu Salamah memandang bayi yang masih merah itu dengan penuh sukacita dan cinta. Sungguh bayi mungil itu sangat menawan. "Sudahkah kau beri nama bayi ini, ya Khairoh?" tanya Ummu Salamah. "Belum ya ibunda. Kami serahkan kepada ibunda untuk menamainya" jawab Khai¬roh. Mendengar jawaban ini, ummahatul mu’minin berseri-seri, seraya berujar "Dengan berkah Allah, kita beri nama Al-Hasan." Maka do’apun mengalir pada si kecil, begitu selesai acara pembe¬rian nama.

Al-Hasan bin Yasar – atau yang kelak lebih dikenal sebagai Hasan Al-Basri, ulama generasi salaf terkemuka – hidup di bawah asuhan dan didikan salah seorang isteri Rasulullah SAW: Hind binti Suhail yang lebih terkenal sebagai Ummu Salamah. Beliauadalah seorang puteri Arab yang paling sempurna akhlaqnya dan paling kuat pendiriannya, ia juga dikenal – sebelum Islam – sebagai penulis yang produktif. Para ahli sejarah mencatat beliau sebagai yang paling luas ilmunya di antara para isteri RasulullahSAW.

Waktu terus berjalan. Seiring dengan semakin akrabnya hubun¬gan antara Al-Hasan dengan keluarga Nabi SAW, semakin terbentang luas kesempatan baginya untuk ber"uswah" (berteladan) pada ke¬luarga Rasulullah SAW. Pemuda cilik ini mereguk ilmu dari rumah-rumah ummahatul mu’minin serta mendapat kesempatan menimba ilmu bersama sahabat yang berada di masjid Nabawiy.

Ditempa oleh orang-orang sholeh, dalam waktu singkat Al-Hasan mampu meriwayatkan hadist dari Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abu Musa Al-Asy’ari, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Anas bin Malik dan sahabat-sahabat RasuluLlah lainnya.Al-Hasan sangat mengagumi Ali bin Abi Thalib, karena keluasan ilmunya serta kezuhudannya. Penguasan ilmu sastra Ali bin Abi Thalib yang demikian tinggi, kata-katanya yang penuh nasihat dan hikmah, membuat Al-Hasan begitu terpesona.

Pada usia 14 tahun, Al-Hasan pindah bersama orang tuanya ke kota Basrah, Iraq, dan menetap di sana. Dari sinilah Al-Hasan mulai dikenal dengan sebutan Hasan Al-Basri. Basrah kala itu terkenal sebagai kota ilmu dalam Daulah Islamiyyah. Masjid-masjidyang luas dan cantik dipenuhi halaqah-halaqah ilmu. Para sahabat dan tabi’in banyak yang sering singgah ke kota ini.Di Basrah, Hasan Al-Basri lebih banyak tinggal di masjid, mengikuti halaqah-nya Ibnu Abbas. Dari beliau, Hasan Al-Basri banyak belajar ilmu tafsir, hadist dan qiro’at. Sedangkan ilmu fiqih, bahasa dan sastra dipelajarinya dari sahabat-sahabat yanglain. Ketekunannya mengejar dan menggali ilmu menjadikan Hasan Al-Basri sangat ‘alim dalam berbagai ilmu. Ia terkenal sebagai seorang faqih yang terpercaya.

Keluasan dan kedalaman ilmunya membuat Hasan Al-Basri banyak didatangi orang yang ingin belajar langsung kepadanya. Nasihat Hasan Al-Basri mampu menggugah hati seseorang, bahkan membuat para pendengarnya mencucurkan air mata. Nama Hasan Al-Basri makin harum dan terkenal, menyebar ke seluruh negeri dan sampai pula ke telinga penguasa.

Ketika Al-Hajaj ats-Tsaqofi memegang kekuasan gubernur Iraq, ia terkenal akan kediktatorannya. Perlakuannya terhadap rakyat¬ terkadang sangat melampaui batas. Nyaris tak ada seorang pun penduduk Basrah yang berani mengajukan kritik atasnya atau menen¬tangnya. Hasan Al-Basri adalah salah satu di antara sedikit penduduk Basrah yang berani mengutarakan kritik pada Al-Hajaj. Bahkan di depan Al-Hajaj sendiri, Hasan Al-Basri pernah menguta¬rakan kritiknya yang amat pedas.

Saat itu tengah diadakan peresmian istana Al-Hajaj di tepian kota Basrah. Istana itu dibangun dari hasil keringat rakyat, dan kini rakyat diundang untuk menyaksikan peresmiannya. Saat itu tampillah Hasan Al-Basri menyuarakan kritiknya terhadap Al-Hajaj:"Kita telah melihat apa-apa yang telah dibangun oleh Al-Hajaj. Kita juga telah mengetahui bahwa Fir’au membangun istana yang lebih indah dan lebih megah dari istana ini. Tetapi Allah menghancurkan istana itu … karena kedurhakaan dan kesombongannya …"Kritik itu berlangsung cukup lama. Beberapa orang mulai cemas dan berbisik kepada Hasan Al-Basri, "Ya Abu Sa’id, cukupkanlah kritikmu, cukuplah!" Namun beliau menjawab, "Sungguh Allah telah mengambil janji dari orang-orang yang berilmu, supaya menerangkan kebenaran kepada manusia dan tidak menyembunyikannya."

Begitu mendengar kritik tajam tersebut, Al-Hajaj menghardik para ajudannya, "Celakalah kalian! Mengapa kalian biarkan budak dari Basrah itu mencaci maki dan bicara seenaknya? Dan tak seo¬rangpun dari kalian mencegahnya? Tangkap dia, hadapkan kepadaku!" .

Semua mata tertuju kepada sang Imam dengan hati berge¬tar. Hasan Al-Basri berdiri tegak dan tenang menghadapi Al-Hajaj bersama puluhan polisi dan algojonya. Sungguh luar biasa ketenan¬gan beliau. Dengan keagungan seorang mu’min, izzah seorang muslim dan ketenangan seorang da’i, beliau hadapi sang tiran.

Melihat ketenangan Hasan Al-Basri, seketika kecongkakan Al-Hajaj sirna. Kesombongan dan kebengisannya hilang. Ia langsung menyambut Hasan Al-Basri dan berkata lembut, "Kemarilah ya Abu Sa’id …" Al-Hasan mendekatinya dan duduk berdampingan. Semua mata memandang dengan kagum.

Mulailah Al-Hajaj menanyakan berba¬gai masalah agama kepada sang Imam, dan dijawab oleh Hasan Al-Basri dengan bahasa yang lembut dan mempesona. Semua pertanyaan¬nya dijawab dengan tuntas. Hasan Al-Basri dipersilakan untuk pulang. Usai pertemuan itu, seorang pengawal Al-Hajaj bertanya, "Wahai Abu Sa’id, sungguh aku melihat anda mengucapkan sesuatu ketika hendak berhadapan dengan Al-Hajaj. Apakah sesungguhnya kalimat yang anda baca itu?" Hasan Al-Basri menjawab, "Saat itu kubaca: Ya Wali dan PelindungKu dalam kesusahan. Jadikanlah hukuman Hajaj sejuk dan keselamatan buatku, sebagaimana Engkau telah jadikan api sejuk dan menyelamatkan Ibrahim."

Nasihatnya yang terkenal diucapkannya ketika beliau diundang oleh penguasa Iraq, Ibnu Hubairoh, yang diangkat oleh Yazid bin Abdul Malik. Ibnu Hubairoh adalah seorang yang jujur dan sholeh, namun hatinya selalu gundah menghadapi perintah-perintah Yazid yang bertentangan dengan nuraninya. Ia berkata, "Allah telah memberi kekuasan kepada Yazid atas hambanya dan mewajibkan kita untuk mentaatinya. Ia sekarang menugaskan saya untuk memerintah Iraq dan Parsi, namun kadang-kadang perintahnya bertentangan dengan kebenaran. Ya, Abu Sa’id apa pendapatmu? Nasihatilah aku …"

Berkata Hasan Al-Basri, "Wahai Ibnu Hubairoh, takutlah kepada Allah ketika engkau mentaati Yazid dan jangan takut kepada Yazid¬ketika engkau mentaati Allah. Ketahuilah, Allah membelamu dari Yazid, dan Yazid tidak mampu membelamu dari siksa Allah. Wahai Ibnu Hubairoh, jika engkau mentaati Allah, Allah akan memelihara¬mu dari siksaan Yazid di dunia, akan tetapi jika engkau mentaati Yazid, ia tidak akan memeliharamu dari siksa Allah di dunia dan akhirat. Ketahuilah, tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam ma’siat kepada Allah, siapapun orangnya." Berderai air mata Ibnu Hubairoh mendengar nasihat Hasan Al-Basri yang sangat dalam itu.

Pada malam Jum’at, di awal Rajab tahun 110H, Hasan Al-Basri memenuhi panggilan Robb-nya. Ia wafat dalam usia 80 tahun. Pendu¬duk Basrah bersedih, hampir seluruhnya mengantarkan jenazah Hasan Al-Basri ke pemakaman. Hari itu di Basrah tidak diselenggarakan sholat Ashar berjamaah, karena kota itu kosong tak berpenghuni.

Tuesday, November 16, 2010

:::Haiss Gigi gigi:::

Setelah saya membersihkan cermin di bilik air rumah saya, saya mula membelek-belek gigi saya. Tercongak-congak memeriksa gigi. Menurut ukuran mata saya yang tidak terlatih sebagai doktor gigi, ia kelihatan OK. Sedikit tinggi dan rendah, sedikit ke hadapan dan ke belakang dan sedikit kekuningan. Namun ia OK kerana sejauh yang saya nampak, tidak kelihatan kerak-kerak gigi (plaque).

Bukan apa, saya sebenarnya baru balik ke rumah setelah berjumpa beberapa rakan bersembang-sembang di kedai mamak. Ia merupakan pertemuan pertama, justeru lebih disebut sebagai pengenalan (ta'aruf). Mereka berpakaian kemas sama ada berjubah atau berbaju melayu dengan kopiah putih lagi keras. Wajah mereka berseri-seri, gembira berjumpa saya agaknya (kes perasan).



Mereka juga tidak keberatan untuk menghadiahkan senyuman di celah-celah topik persembangan kami. Namun di celah-celah senyuman itulah saya ternampak gigi mereka dan di celah-celah gigi merekalah saya ternampak kerak-kerak gigi yang agak banyak. Hati saya berbelah bahagi. Hendak ditegur, bererti merosakkan kehamonian pertemuan yang baru pertama kali. Hendak didiamkan, bererti mengabaikan tanggungjawab saya menasihati sesama muslim. Hmm…apa nak buat?

Alhamdulillah, saya teringat kepada peluang lain yang saya ada untuk saling memberi nasihat, iaitu melalui kolum bulanan saya dalam majalah i yang dikasihi ini. Maka inilah yang ingin saya tulis, saya kongsi dan nasihatkan kepada para pembaca yang budiman sekalian. Ketahuilah para pembaca sekalian, menjaga kebersihan gifi merupakan antara sunnah tang amat diberi perhatian lagi disukai oleh Rasulullah SAW. Sayang sekali, sunnah ini jarang-jarang diberi perhatian oleh kita masa kini. Bahkan ada segelintir yang memandang serong jika ternampak seorang muslim lain yang sedang khusyuk membersihkan giginya dengan kayu sugi.


Sunnah Yang Dilupakan.

Secara kebetulan, saya baru-baru ini baru menelaah buku yang ditulis oleh Haifa binti Abdullah al-Rashid – semoga Allah memelihara beliau – yang sudah diterjemah atas judul Menghidupkan Sunnah-Sunnah Yang Terlupakan. Salah satu sunnah yang beliau senaraikan ialah berkenaan bersiwak, di mana beliau menukil kata-kata al-Allamah al-Sha‘ani rahimahullah: “Dalam kitab al-Badr al-Munir disebutkan bahawa ada lebih seratus hadis yang menyebutkan tentang siwak. Namun sungguh menghairankan, sunnah Nabi SAW yang banyak itu dilalaikan oleh kebanyakan orang bahkan oleh kebanyakan ahli fiqh. Ini adalah sebuah kerugian yang amat besar.”

Menyebut tentang siwak atau membersihkan gigi dengan kayu sugi, memang terdapat banyak hadis berkenaannya. Sebagai ulangkaji, izinkan saya menyalin beberapa darinya. ‘Abdullah ibn ‘Umar menerangkan: “Tidaklah Rasulullah SAW tidur melainkan siwak ada di samping baginda. Tatkala baginda bangun tidur, baginda terus bersiwak.” [Musnad Ahmad] Abu Hurairah pula meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda: “Andaikata tidak memberatkan umatku, nescaya aku akan memerintahkan mereka untuk selalu bersiwak setiap kali hendak mendirikan solat.” [Shahih al-Bukhari]

Al-Miqdam bin Syuraih meriwayatkan daripada ayahnya: “Aku bertanya kepada A’isyah, apakah yang terlebih dahulu dilakukan oleh Nabi SAW ketika masuk ke dalam rumah?” A’isyah menjawab: “Bersiwak.” [Shahih Muslim] Selain itu baginda juga pernah menyatakan: “Siwak itu pembersih mulut dan mendatangkan keredhaan Allah.” [Musnad Ahmad]

Demikianlah, dapat dirumuskan bahawa menjaga kebersihan gigi secara kerap merupakan sunnah yang penting, khususnya pada beberapa suasana seperti (1) Ketika bangun tidur, (2) sebelum berwudhu’, (3) sebelum mendirikan solat, (4) sebelum membaca al-Qur’an, (5) sebelum memasuki rumah, (6) setelah makan dan minum dan (7) ketika hendak bertemu dengan seseorang.

Rasulullah SAW bukan sahaja suka dan lazim bersiwak tetapi baginda juga suka melihat orang yang bersiwak. A'isyah RA menerangkan bahawa 'Abdul Rahman bin abu Bakar pernah masuk ke rumah menemui Nabi SAW. Ketika itu 'Abdul Rahman membawa siwak yang basah untuk membersihkan giginya. Mata Nabi SAW tidak terlepas dari memandang siwak itu sehingga akhinya A'isyah mengambilkan sebatang kayu siwak untuk baginda. [Sahih al-Bukhari].

mmmm

Siwak pada masa kini

Terdapat perbincangan di kalangan para ilmuan, adakah sunnah dalam menjaga kebersihan gigi terhad kepada siwak (kayu sugi) atau meluas kepada peralatan moden masa kini seperti berus, ubat dan flos gigi?

Saya bersikap terbuka dalam perbincangan ini. Sama ada dengan bersiwak, berus gigi atau kedua-duanya, yang penting kita menjaga kebersihan gigi kita. Bagi yang sudah sekian lama terlupa untuk melazimkan diri dengan amalan sunnah ini, dianjurkan berjumpa doktor gigi untuk membersihkan apa-apa kerak dan kotoran yang mungkin telah sekian lama bermastautin di celah-celah gigi.

Gigi yang bersih menandakan ikutan seseorang kepada sunnah yang penting lagi disukai oleh Rasulullah SAW. Ia juga membolehkan kita menghadiahkan senyuman tanpa ragu kepada ahli keluarga, rakan-rakan dan sesiapa jua, khasnya menjelang 1 Syawal yang akan tiba insya-Allah.

:::Umrah dan Haji:::

Rasulullah SAW pernah bersabda: “Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang berhaji dan orang yang berumrah (mereka adalah) para delegasi Allah. Allah memanggil mereka lalu mereka memenuhi (panggilan itu). Mereka berdoa kepada-Nya lalu Dia mengabulkannya.”



Dalam sebuah riwayat yang lain baginda menganjurkan: "Nikmatilah Baitullah ini...". Pada ketika yang lain baginfa mengesyorkan: "Hubungkanlah di antara haji dan umrah kerana kedua-duanya dapat menghapuskan kefakiran dan dosa-dosa seagaimana relau tukang besi dapat menyisihkan kotoran besi, emas dan perak. Sementara haji yang mabrur tidak ada pahalanya selain syurga.

Amalan umrah tidak ketinggalan dari anjuran ini: “Satu umrah yang diikuti dengan umrah berikutnya adalah menjadi penghapus dosa-dosa yang terjadi di antara kedua-duanya dan haji yang mabrur itu tidak ada balasannya kecuali syurga.”

Demikian beberapa di antara sekian banyak hadis yang menganjurkan ibadah haji dan umrah yang sempat saya salin dari kitab Sahih al-Targib wa al-Tarhib li al-Munziri oleh Syaikh al-Albani. Hadis-hadis ini menjadi telaah saya setelah beberapa hari sebelum itu seorang saudara saya dengan begitu ceria mengkhabarkan kepada saya bahawa dia akan berangkat menunaikan ibadah haji untuk sekian kalinya pada tahun 2010 ini.

Saya menyambut keceriaanya itu secara hambar lagi dingan. Apa yang segera terlintas di fikiran saya ialah: "Berapa kali nak pergi haji? Bukankah lagi bagus jika duit - yang paling kurang RM10,000 - digunakan untuk pendidikan anak-anaknya yang masih bersekolah dan membantu orang miskin yang lain?" Lintasan fikiran ini saya terjemahkan dengan ucapan ringkas kepada saudara saya itu: "Owh! Ok!", lalu terus beralih kepada subjek persembangan yang lain.

Saya sebenarnya bukan anti haji dan bukan anti umrah. Akan tetapi teguran Syaikh Yusuf al-Qardawi berikut ini masih segar dalam ingatan saya. Di bahagian awal bukunya Fiqh al-Awlawiyat, beliau menulisa:

"Pada musim haji setiap tahun, saya saksikan banyak sekali kaum muslimin yang tergolong kaya dan mampu, pergi menunaikan ibadah haji untuk kali kedua, ketiga dan selanjutnya, Banyak juga di kalangan mereka yang menambahkan ibadah haji sunat itu dengan terlebih dahulu menunaikan umrah pada bulan Ramadhan. Mereka tidak segan-segan untuk mengeluarkan wang ringgit demi tujuan tersebut, malah ada kalanya banyak di antara mereka yang mengajak beberapa orang miskin untuk turut pergi bersama mereka menunaikan haji dan umrah tersebut. Padahal Allah SWT tidak membebankan mereka (orang miskin) untuk menunaikan haji atau umrah kerana mereka tidak memiliki kemampuan dan kesanggupan (kewangan).

Akan tetapi kamu cuba untuk minta kepada mereka untuk menyalurkan semua dana dan peruntukan yang mereka belanjakan pada setiap tahun itu agar didermakan kepada tabung para pejuang (mujahidin) yang sedang memerangi penceroboh dan penjajah Israil di Palestin, untuk tabung mujahidin di Bosnia yang sedang menghadapi serangan pengganas Serbia.

Atau untuk tabung dakwah Islamiah bagi menghadapi usaha-usaha Kristianisasi di wilayah-wilayah Indonesia, Bangladesh, serta di negara-negara lain di benua Asia dan Afrika, atau kamu meminta kepada mereka untuk menyalurkan peruntukan tersebut bagi membangunkan pusat-pusat tarbiyah dan pendidikan dakwah Islamiah, melahirkan para pendakwah yang mantap lagi berpengetahuan luas, ataupun untuk usaha-usaha penyusunan buku-buku Islam dan terjemahannya. (Jika dengan segala permintaan atau cadangan ini), pasti kebanyakan mereka akan menolehkan kepalanya ke arah lain kerana enggan dan tidak setuju dengan cadangan yang kamu berikan tadi. Bahkan mungkin ada di kalangan mereka yang akan mengherdik dan mencemuh kamu.

Begitulah umumnya kefahaman masyarakat kita mengenai ajaran Islam, padahal secara terang dan jelas al-Qur'an al-Karim telah menggariskan bahawa amalan jihad itu adalah lebih utama daripada amalan ibadah haji, seperti firman Allah SWT:

Adakah kamu sifatkan hanya perbuatan memberi minum kepada orang-orang yang mengerjakan Haji dan (hanya perbuatan) memakmurkan Masjidilharam itu sama seperti orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat serta berjihad pada jalan Allah? Mereka (yang bersifat demikian) tidak sama di sisi Allah dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zalim.

(Sesungguhnya) orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah dengan harta benda dan jiwa mereka adalah lebih besar dan tinggi darjatnya di sisi Allah (daripada orang-orang yang hanya memberi minum orang-orang Haji dan orang yang memakmurkan masjid sahaja) dan mereka itulah orang-orang yang berjaya.[al-Taubah 9:19-20]”

Sekian al-Qardawi. Di sini timbul persoalan, bagaimana hendak dipertimbangkan kata-kata di atas berbanding hadis-hadis yang telah saya kemukakan di awak catatan ini? Bukankah hadis-hadis tersebut menganjurkan haji dan umrah dengan anjuran yang besar dan ia tidak menghadkannya kepada haji dan umrah yang pertama sahaja?

Agaknya di sinilah letaknya kebenaran kata-kata hikmah: “Setiap orang beramal dengan kadar ilmu masing-masing”. Bagi kebanyakan orang, kadar ilmu mereka sekadar mengetahui keutamaan amalan haji dan umrah lalu mereka berusaha untuk melaksanakannya sekerap yang mampu. Ini, berdasarkan hadis-hadis di atas, tidak boleh dianggap satu kesalahan. Bagi sebahagian yang lain, kadar ilmu mereka berada pada kemampuan menilai di antara dua atau lebih amalan, yang manakah patut diberi prioriti, lalu mereka berusaha untuk melaksanakan apa yang berada pada prioriti teratas. Ini juga satu kebenaran.

Bagaimana pula dengan anda wahai para pembaca yang budiman sekalian, adakah anda seperti mana kebanyakan orang atau seperti mereka yang mengamalkan Fiqh al-Awlawiyat dalam bab haji, umrah dan selainnya?


Sunday, November 14, 2010

...:::BuAt PEdOMAn:::..

>Apabila engkau ditanya sesuatu perkara, hendaklah kamu halusi dan
teliti pendapat kamu dan pandapat orang lain, kerana penelitian itu
menghapuskan fikiran sempit.kata Imam Malik

>Engkau mestilah mencari saudara2 yang jujur dan hiduplah di kalangan
mereka kerana mereka itu ialah perhiasan di waktu senang dan bekalan
di waktu kesusahan.kata Saidina Umar

>Sesiapa yang dapat menahan marahnya , padahal dia dapat
melepaskan marahnya itu maka Allah memenuhi hatinya dengan iman
dan rasa aman ketenangan.kata Saidina Ali:"Sifat pemarah adalah
musuh utama akal"

>Saudaraku..
Janganlah engkau berputus asa,
kerana putus asa bukan sifat seorang muslim.
Ketahuilah bahawa kenyataan hari ini adalah impian semalam,
dan impian hari ini adalah kenyataan hari esok waktu masih panjang dan
hasrat akan terwujudnya kedamaian masih tertanam dalam jiwa
masyarakat kita, walaupun fenomena fenomena kerosakan dan
kemaksiatan menghantui mereka. Yang lemah tidak akan lemah
sepanjang hidupnya dan yang kuat tidak akan selamanya kuat.(Wasiat
Imam Hasan Al-Banna)

>Selemah-lemah manusia ialah orang yang tidak boleh mencari sahabat
dan yorang yang paling lemah dari itu ialah orang yang mensia-siakan
sahabat yang telah dicari.kata Saidina Ali

>Sesiapa yang hendak mengetahui sama ada dia mencintai Allah atau
tidak...maka hendaklah dia melihat kepada Al-Quran jika dirinya
mencintainya sesungguhnya dia mencintai Allah kerana sesungguhnya
Al-Quran itu kalam Allah.kata Ibnu Mas'ud R.A

>Aku mencintai sahabatku dengan segenap jiwaku, sahabat yang baik
adalah yang seiring denganku dan menjaga nama baikku ketika aku
hidup/ selepas mati, kuhulurkan tangan kepada sahabatku untuk
berkenalan kerana aku akan merasa senang, semakin ramai sahabat,
aku semakin percaya diri, aku selalu berharap mendapat sahabt sejati
yang tidak luntur dalam suka/duka, jika aku dapat, aku ingin setia
padanya...(Imam Syafie)

>SUCIKAN DIRIMU DENGAN BERWUDHUK

>SUCIKAN JIWAMU DENGAN SOLAT

>SUCIKAN HATI DENGAN BERZIKIR

>SENTIASA MENCARI MARDHATILLAH

>SENTIASA MENJAGA HABLUMINALLAH DAN HABLUMINANNAS

>KU TEMUI MUTIARA SUFIAH, DALAM LAUTAN UZLAH, KU

TEMUI MUTIARA MAHABBAH, DALAM SELEMBUT MADAH.

>MENGEJAR DUNIA TIDAK MENDAPAT AKHIRAT, MENGEJAR AKHIRAT

MENDAPAT DUNIA.

Jangan Jadi Miss Complaint

Pernahkah anda menghitung berapa kali anda mengeluh dalam satu hari, bermula dari bangun tidur sehingga kembali tidur?. Jika disenaraikan, boleh jadi sepanjang hari itu kita lebih banyak mengeluh dari hal-hal yang remeh di rumah sehingga hal-hal yang berat di tempat kerja atau di tempat tinggal kita.

Suatu hal yang wajar jika sesekali kita mengeluh, kerana sudah menjadi kudrat manusia suka berkeluh kesah seperti disebutkan dalam Surat Al-Ma'arij ayat 19-21, "Sesungguhnya manusia itu diciptakan dengan sifat suka mengeluh. Apabila ditimpa musibah dia mengeluh dan apabila diberi kesenangan berupa harta ia jadi kikir."

Tapi yang sering terjadi adalah, tidak ditimpa musibah pun kita kadang kala kita sering mengeluh. Jalan sesak kita mengeluh, padahal kita tahu bahawa kesesakan adalah pemandangan sehari-hari di Kuala Lumpur. Pekerjaan rumah tangga bertimbun kerana tiada pembantu, kita mengeluh. Anak nakal, kita mengeluh. Tugas di pejabat bertambah, kita mengeluh. Seolah semua perkara jadi bahan keluhan.

Padahal kalau ditelaah, banyak hal-hal yang kita keluhkan hanyalah urusan dunia, kerana ketidakpuasan kita terhadap hal-hal yang bersifat duniawi. Tapi manusia memang sudah terbiasa banyak mengeluh, sehingga kadang lupa mensyukuri hal-hal yang kita anggap tidak penting padahal sangat penting. Sebut saja nikmat sihat. Pernahkah kita bersujud dan mengucap syukur dengan tulus kerana Allah telah memberi nikmat sihat setiap hari sehingga kita boleh melakukan aktiviti dengan lancar. Jika pun ada halangan, seharusnya tidak membuat kita jadi mengeluh tapi melihatnya sebagai ujian dan dugaan.

Sebagai makhluk yang lemah, setiap manusia tentu saja pernah mengeluh, sedar atau tidak sedar. Asalkan tidak menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi karakter yang sukar untuk dihapus dari keperibadian seseorang. Orang yang memiliki karakter suka mengeluh akan munculnya suasana yang tidak enak bagi lingkungan dan orang di sekitarnya. Pernahkah Anda berjumpa dengan orang yang tabiatnya suka mengeluh dan Anda merasakan sangat tidak nyaman bahkan jengkel berada di dekatnya.

Kita memang harus berwaspada dengan sifat suka mengeluh ini, jika tidak ingin sifat buruk ini menjelma menjadi sebahagian dari karakter. Untuk itu perlu latihan pengendalian diri agar tidak selalu melontarkan keluhan. Bagaimana caranya?

1. Biasakan menyampaikan keluh kesah pada Allah semata

Ketika kita ditimpa kemalangan atau musibah, lebih baik kita menyampaikan keluh kesah dan kegundahan hati kita pada Allah Swt. kerana Dia-lah Yang Maha Mengetahui segala persoalan dan kegundahan dalam jiwa kita. "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya," (QS Yusuf;86).

2. Kita boleh berkeluh kesah pada orang lain, hanya jika keluh kesah itu merupakan hal yang penting.

Ini mungkin berkaitan dengan upaya Anda untuk mendapatkan hak Anda, atau hak orang lain yang Anda kenal. Kadang-kadang memiliki keluhan dan menyampaikan keluhan pada orang lain itu penting, asalkan disampaikan dengan baik-baik dan tidak berlebihan.

3. Bicarakan solusi yang praktikal

Daripada mengeluh tiada akhir, lebih baik memikirkan atau membicarakan solusi praktikal atas permasalahan yang kita hadapi. Tidak ada masalah yang tidak boleh dicari penyelesaiannya. Jika menemui jalan buntu, mohonlah bantuan pada Allah Swt.

4. Jangan membesar-besarkan hal yang kecil

Anas bin Malik berkata, "Saya melayani Rasululullah Saw. selama dua puluh tahun dan beliau tidak pernah mengatakan 'ahh' pada saya. Dan beliau tidak pernah mengatakan apapun yang tidak saya lakukan, 'mengapa kamu tidak melakukannya?' atau apapun yang telah saya lakukan, 'mengapa engkau melakukan itu?'" (HR Muslim). Jadi biarkan saja hal-hal remeh yang tidak penting itu lenyap dan tidak lagi mengganggu fikiran kita.

5. Bicaralah tentang nikmat Allah

Daripada memilih membicarakan segala sesuatu yang salah dalam hidup Anda, pilihlah topik pembicaraan tentang hal-hal yang menyenangkan dalam hidup Anda. Dengan bersikap seperti ini, bukan hanya membantu Anda terhindar dari keluhan, tapi juga mematuhi perintah Allah untuk selalu mensyukuri nikmat Allah, "Lalu nikmat Allah manakah yang engkau dustakan?".

6. Ingatlah mereka yang kurang beruntung

Salah satu cara untuk menyedar kita kembali untuk melihat realiti dan menghargai berkah yang Allah berikan pada kita adalah mengingati mereka yang kurang beruntung dari kita. Bacalah berita-berita tentang orang lain yang menderita di Asia, Afrika, dan seluruh dunia. Bacalah tentang kehidupan anak yatim piatu di Palestina, tentang kehidupan para pejuang di lingkungan kita sendiri. Sesekali berinteraksilah dengan mereka dan jangan menenggelamkan diri dalam rasa putus asa, tetapi menggunakan cerita mereka sebagai alat untuk bersyukur dan bersyukur kepada Allah atas apa yang kita miliki.

7. Kurangkan stress dalam hidup Anda

Kita mungkin mengeluh kerana kita mengalami stress yang cukup berat dalam kehidupan ini. Anda perlu tempat untuk menyendiri. Berhentilah sejenak, carilah tempat yang tenang untuk bersantai, duduk di ruang yang gelap, tarik nafas dalam-dalam selama beberapa minit, berjalan-jalan di luar rumah, mendengarkan lagu-lagu nasyid dan membaca beberapa ayat Al Qur'an akan memberikan ketenangan bagi hati dan fikiran yang sedang tertekan.

8. Bacalah kisah-kisah dalam Sirah, catatlah bahagian-bahagian yang penting dan pengalaman para nabi, sahabat nabi dan generasi-generasi muslim di masa lalu, belajarlah dari pengalaman, sikap dan cara mereka menghadapi masalah.

9. Bicarakan masalah-masalah lain yang lebih penting

Misalnya hal-hal baru yang mengundang minat Anda untuk belajar, projek-projek untuk pekerjaan Anda atau pengalaman berjalan-jalan melihat keindahan alam yang membuat Anda merenungkan keindahan ciptaan Yang Mahakuasa.

10. Ceritakan pengalaman-pengalaman lucu yang pernah Anda alami, asal bukan cerita bohong.

Ketika berkumpul bersama teman atau keluarga, akan lebih ceria jika kita mendengar cerita-cerita lucu daripada mendengar keluhan, yang mereka sendiri tidak boleh membantu memberikan jalan keluar. Ceritakanlah hal-hal ringan yang lucu dan berkesan yang pernah Anda alami, ini akan membuat suasana dan orang di sekeliling Anda lebih menyenangkan.

11. Kenali sikap suka mengeluh yang menjadi kebiasaan

Perhatikanlah selalu perkataan kita dari semasa ke semasa, apakah kita merasakan bahawa mengeluh lebih merupakan kebiasaan dari suatu usaha yang berguna? Mengakui hal itu sebagai kebiasaan adalah langkah pertama yang penting untuk mulai melawan sikap suka mengeluh.

12. Cari lingkungan yang lebih baik

Apakah kita merasakan lebih banyak mengeluh jika kita berada di sekitar orang-orang tertentu? Mungkin kerana kita tidak memiliki banyak kesamaan minat dengan orang-orang tersebut, atau kerana mereka tidak tertarik untuk bersikap positif dan berterima kasih. Jika itu terjadi, maka sudah sampai masanya kita mencari lingkungan teman yang lebih baik.

13. Sedikit Bicara

Jika kita sudah mencuba segala sesuatu yang kita fikirkan dan masih lagi terlalu banyak mengeluh, mungkin kerana kita sudah terlalu banyak bicara. Jangan biarkan syaitan yang mengarahkan kita untuk berbicara hal-hal yang tidak berguna atau berbahaya. Pertahankanlah kelembapan lidah dengan selalu mengingati Allah. Bertaubatlah kepada-Nya dan bershalawatlah atas nama Rasulullah Saw. sekerap mungkin.

Hanya Sampingan..^_^

:::Andai Bertemu dan Berpisah Kerana Allah:::

Ulama Pewaris Nabi

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More